GORONTALO,- Di tepi timur Gorontalo Utara, antara pasir putih Malambe dan ombak biru Ponelo, terdapat satu jalan setapak yang dicor dengan cinta. Kini, permukaannya mulai retak, dimakan waktu. Tapi bagi rakyat Ponelo, jalan itu tak sekadar beton. Ia adalah jejak nyata dari pengabdian seorang putra daerah yang bekerja bukan demi popularitas, tapi demi keberlangsungan hidup rakyat. Namanya Mathran Lasunte.
Mathran bukan politisi biasa. Ia bukan mereka yang hadir hanya ketika musim kampanye tiba. Ia adalah sosok yang merakyat—bukan hanya karena jabatannya, tapi karena kedekatannya yang alami dengan masyarakat. Ketika menjabat sebagai anggota legislatif, beliau tak menunggu keluhan datang. Beliau datang lebih dulu, menyusuri jalan setapak hati rakyat, dan menjawab dengan kerja nyata.
Jalan setapak yang kini menghubungkan kampung-kampung di Desa Malambe dan Dusun Bongo, bukan dibangun oleh proyek besar berskala nasional. Ia lahir dari anggaran pribadi, dari tangan rakyat sendiri yang bekerja karena cinta, karena kepercayaan mereka kepada sosok yang selalu hadir tanpa pamrih. Tak ada koridor proyek, tak ada bendera partai, hanya ada niat tulus untuk memudahkan langkah warga.
Tak hanya di darat, kiprah Mathran juga berdenyut kuat di lautan. Ia tahu benar, laut adalah ibu kehidupan bagi masyarakat Ponelo. Maka ia hadirkan mesin-mesin perahu bagi para nelayan, agar bisa melaut lebih jauh dan lebih aman. Bukan atas nama hadiah, tapi atas nama tanggung jawab sosial yang beliau emban dengan kesadaran penuh.
Di daratan, beliau memperjuangkan rumah-rumah layak huni (mahyani). Banyak keluarga kecil yang akhirnya memiliki tempat tinggal yang kokoh, teduh, dan aman, berkat tangan dinginnya dalam memperjuangkan hak-hak dasar rakyat. Semua dilakukan dalam senyap, jauh dari sorotan media atau panggung politik.
Kini, ketika jalan mulai rusak dan mesin-mesin mulai aus, kerinduan rakyat makin terasa mendalam. Bukan karena kehilangan infrastruktur semata, tetapi karena hilangnya sosok yang mengayomi, mendengar, dan hadir sepenuh hati. Bagi kami, Mathran Lasunte adalah pemimpin yang tak pernah meninggi, justru merendah untuk menyatu.
Rakyat Ponelo merindukan kehadiran seperti beliau. Sosok yang tidak datang membawa janji, tapi pulang meninggalkan bukti. Sosok yang tidak sekadar mengatur, tapi ikut menyingsingkan lengan dan bekerja bersama rakyat.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan kepada beliau. Dan semoga akan lahir kembali tokoh-tokoh yang mengikuti jejak pengabdian beliau—membangun negeri tanpa harus meninggalkan nurani.
Karena Mathran Lasunte mungkin tak lagi menjabat,
tapi jejak pengabdiannya akan terus hidup di hati kami—abadi dalam langkah rakyat yang melewati jalan itu, dan dalam desir angin laut yang mengantar doa-doa kami kepadanya. (M).
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: kanalsindo@gmail.com. Terima kasih.