SULUT, – Memilih yang terbaik diantara yang baik, pasti menjadi pilihan pemilih, dengan harapan bakal membawa perubahan di segala lini kehidupan masyarakat, tanpa terkecuali.
Tak memandang asal-usul maupun latar-belakang pendek kata, sikap ke-negarawanan, ke-bhinekaan dan wawasan kebangsaan menjadi tolak-ukur dalam pengambilan keputusan.
Tak ada nuansa diskriminatif dan pengucilan terhadap kelompok tertentu dalam perannya untuk ikut bersama-sama membangun bangsa dan negara/daerah.
Namun belakangan harapan itu kini tinggal harapan, tak se-indah ucapan semasa kampanye, janji-janji yang terucap ternyata, hanya janji-janji manis semata.
Kalau pun ada yang sempat mengatakan dalam komposisi stafsus terdapat keterwakilan figur Nusa Utara, lalu siapa orangnya, seperti apa dan bagaimana figur tersebut, apakah yang bersangkutan merupakan cerminan representasi masyarakat Nusa Utara, atau tidak?
Seorang tokoh menyebut, tidak demikian sebab, jika berbicara representasi adalah, gambaran dari seseorang yang dekat, suka bergaul, berbaur dengan siapa saja dan kredibilitasnya dikenal dikalangan masyarakat Nusa Utara.
Sebaliknya, bukanlah sosok yang tidak dikenal baik kiprah maupun sepak terjangnya, tidak pernah berbuat serta melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, apakah pantas disebut sebagai representasi masyarakat Nusa Utara ?
Terkait hal itu, sejumlah tokoh Sulut dan para pendukung E2L, angkat suara,” Mending Milih E2L Meski Sejumlah “Predikat Buruk Tersemat Dalam Diirinya, di banding milih pasangan yang lain jika belakangan akhirnya begini,” jelas mereka.
Lebih baik,” Memilih Yang “tidak baik, dari pada memilih yang katanya baik tapi ingkar janji, kalau saja Pilgub bisa di-ulang, mending milih E2L meski itu tak mungkin lagi sebab, Pilgub telah usai, ibarat pepatah mengatakan,” Sesal Dahulu Pendapatan Sesal Kemudian Tak Berguna.
Meski begitu, kita tak perlu memendam rasa kecewa, sebaliknya ini menjadi pelajaran sekaligus pengalaman berharga buat kita, khususnya masyarakat Nusa Utara agar kedepan makin cerdas dalam memilih pemimpin daerah.
Mereka pun mewacanakan Hillary Brigitta Lasut sebagai kandidat Gubernur Sulut. Dalam penilaian mereka, sosok seperti Hillary potensial maju dalam kontestasi Pilgub 2030, meski rentang waktunya masih cukup panjang.
Disamping itu HBL dinilai punya kemampuan dalam mengawaki jalannya pemerintahan dilingkup Pemerintah Prov. Sulut dan memiliki segudang pengalaman sebagai anggota DPR RI.
Selain itu HBL, sapaan akrabnya, punya keahlian di bidang hukum, sehingga Ia akan tetap berpijak pada aturan yang berlaku dalam setiap pengambilan keputusan nanti, jika rakyat Sulawesi Utara menghendakinya.
HBL juga di kenal sebagai pribadi yang kerap membantu masyarakat Sulawesi Utara ketika di perhadapkan dengan persoalan hukum, anak semata wayang dari pasangan Almh, Telly Tjanggulung dengan Elly Engelbert Lasut dinilai sebagai seorang yang baik hati, suka bergaul dan dekat dengan siapa saja.
Karena itu kedepan, kita tak boleh lagi terbuai dengan janji-janji manis dan “gombalan palsu, penuh dusta dan yang ingkar janji, mari dari saat ini kita rapatkan barisan, memperkuat soliditas dalam satu tekad HBL SulutOne 2031-2036,” tutupnya. (John-Sulut)
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: kanalsindo@gmail.com. Terima kasih.